Mushala Jabal Nur Pesantren Hidayatullah Nias
REPUBLIKA.CO.ID, Azan Dhuhur berkumandang dari bangunan Mushala Jabal Nur Pesantren Hidayatullah Nias yang bangun tahun 2002.
Puluhan santri bergegas mendatangi suara adzan untuk menunaikan sholat. Dan yang membuat terkesan adalah dengan jumlah santri yang berjumlah kurang lebih 67 orang dengan ukuran mushollah hanya mampu menampung sekitar 23 orang santri. Akhirnya mereka sholat dengan berdesak-desakan.
Menurut pimpinan Pesantren Hidayatullah Nias Ust Sriyono, keberadaan mushollah Jabal Nur sangat fital, karena kenyatannya sangat dibutuhkan para santri untuk di jadikan tempat pembinaan mental spiritual, untuk itu diperlukan adanya sebuah masjid.
“Keberadaan Masjid saat ini sangat kami butuhkan, karena mushollah saat ini sudah tidak mampu menampung dan Bangunan Musholla sudah banyak yang di makan rayap.”
Karenanya kehadiran masjid sudah kian mendesak, maka saat ini Musholah Jabal Nur sedang disiapkan sebagai cikal-bakal berdirinya masjid. Persiapan berupa pondasi, tiang dan balok slop atas sedang disiapkan.
Cikal-bakal masjid ini sudah dibangun sejak tahun 2007. Saat itu dapat bantuan dari Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Nias berjumlah Rp. 32.500.000.
Menurut Sriyono, jika masjid ini siap di bangun, maka sebagian akan dimanfaatkan untuk ruang belajar mengajar MTs Ash-Habul Kahfi. Ini karena bangunan sekolah sudah tidak mampu menampung lagi.
“Karenanya, kami sangat berharap sekali agar masjid ini dapat siap secepatnya. Agar semangat anak-anak santri yang berasal dari pedalaman Nias ini dapat lebih termotivasi lagi dalam belajar.”
Sebagaimana diketahui, keberadaan Pesantren Hidayatullah di pulau Nias memegang peran penting dalam sejarah dakwah Islam di pulau yang cukup terisolasi ini.
Puluhan santri bergegas mendatangi suara adzan untuk menunaikan sholat. Dan yang membuat terkesan adalah dengan jumlah santri yang berjumlah kurang lebih 67 orang dengan ukuran mushollah hanya mampu menampung sekitar 23 orang santri. Akhirnya mereka sholat dengan berdesak-desakan.
Menurut pimpinan Pesantren Hidayatullah Nias Ust Sriyono, keberadaan mushollah Jabal Nur sangat fital, karena kenyatannya sangat dibutuhkan para santri untuk di jadikan tempat pembinaan mental spiritual, untuk itu diperlukan adanya sebuah masjid.
“Keberadaan Masjid saat ini sangat kami butuhkan, karena mushollah saat ini sudah tidak mampu menampung dan Bangunan Musholla sudah banyak yang di makan rayap.”
Karenanya kehadiran masjid sudah kian mendesak, maka saat ini Musholah Jabal Nur sedang disiapkan sebagai cikal-bakal berdirinya masjid. Persiapan berupa pondasi, tiang dan balok slop atas sedang disiapkan.
Cikal-bakal masjid ini sudah dibangun sejak tahun 2007. Saat itu dapat bantuan dari Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Nias berjumlah Rp. 32.500.000.
Menurut Sriyono, jika masjid ini siap di bangun, maka sebagian akan dimanfaatkan untuk ruang belajar mengajar MTs Ash-Habul Kahfi. Ini karena bangunan sekolah sudah tidak mampu menampung lagi.
“Karenanya, kami sangat berharap sekali agar masjid ini dapat siap secepatnya. Agar semangat anak-anak santri yang berasal dari pedalaman Nias ini dapat lebih termotivasi lagi dalam belajar.”
Sebagaimana diketahui, keberadaan Pesantren Hidayatullah di pulau Nias memegang peran penting dalam sejarah dakwah Islam di pulau yang cukup terisolasi ini.
Maklum, di tempat terpencil ini, saat ini hanya ada 2 pesantren yang
mampu bertahan sampai sekarang yaitu; Pesantren Umi Kalsum yang berada
di kota Gunungsitoli dan Pesantren Hidayatullah yang berada di Kecamatan
Gunung Sitoli Idanoi.
Yang menarik, jumlah penduduk Muslim di kepulauan Nias hanya sekitar 5 persen dari total penduduk Nias. Karenanya, keberadaan hadirnya sebuah masjid dan pusat kegiatan Islam sangat diperlukan.
“Dengan ini keberadaan Masjid ini sangat kami harapkan agar kami dapat lebih leluasa membimbing para santri untuk kemajuan dakwah di Kepulauan Nias.”
Yang menarik, jumlah penduduk Muslim di kepulauan Nias hanya sekitar 5 persen dari total penduduk Nias. Karenanya, keberadaan hadirnya sebuah masjid dan pusat kegiatan Islam sangat diperlukan.
“Dengan ini keberadaan Masjid ini sangat kami harapkan agar kami dapat lebih leluasa membimbing para santri untuk kemajuan dakwah di Kepulauan Nias.”
Menurut seorang warga, Yahman Hulu, “Kebanyakan Muslim di sini
adalah pendatang. Jadi agak sulit untuk mengumpulkan dana untuk
pembangunan masjid melalui swadaya masyarakat”
Hanya, saja, dengan pekembangan jumlah umat Islam dan santri-santri yang ingin belajar Islam, kebutuhan adanya masjid yang layak, bisa digunakan tempat shalat dan belajar tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab warga dan santri tidak mungkin harus berjalan jauh mencari masjid yang jumlahnya terbatas.
“Jarak antara masjid yang berada di desa Humane dan pondok pesantren
lebih kurang 10 Km. jadi sangat tidak memungkinkan untuk di gunakan untuk kegiatan beribadah sehari-hari,” ujar Ust Sriyono, Pimpinan Pesantren Hidayatullah Nias.
Kegalauan serupa dirasakan para santri. Muhammad Ali Lahagu, seorang santri di pesantren itu mengatakan, biasanya, ia shalat dan memperoleh pelajaran di mushollah Jabal Nur yang hanya berukusan 5 x 6 meter. Seiring dengan perkembangan santri, tempat ini sudah tidak layak lagi.
“Sekarang mulai ajaran baru, jumlah santri bertambah banyak dari 23 siswa. Saat ini santri sudah berjumlah 67 orang. Jadi kegiatan sholat dan pembelajaran diniyah sesudah sholat harus berdekat-dekatan dengan kelompok belajar lainya. Mudah mudahan Ramadhan ini kami bisa sholat tarawih di masjid yang sedang dibangun,” katanya penuh harap.
Karena tak adanya masjid, selama ini, masyarakat Muslim hanya memanfaatkan keberadaan mushollah Jabal Nur, yang secara fisik sudah tidak layak lagi.
“Anak saya belajar di pesantren ini dengan segala kekurangan sarana dan prasarananya,” ujar seorang orangtua murid bernama Ikran Harefa.
Karenanya, besar harapan Harefa agar ada sebagian kaum Muslim ikut mendengar keluhannya ini, semata-mata agar anak-anak Muslim di Pulau Nias ini juga bisa menikmati belajar Islam dan shalat dengan tempat yang layak.
Kirimkan Donasi Anda ke Rek Bank BNI Syariah : 70.000.333.5 an. Baitul Maal Hidayatullah
untuk konfirmasi Transfer SMS ke : 0852 6047 4611 (Masdar Ayub)
Hanya, saja, dengan pekembangan jumlah umat Islam dan santri-santri yang ingin belajar Islam, kebutuhan adanya masjid yang layak, bisa digunakan tempat shalat dan belajar tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab warga dan santri tidak mungkin harus berjalan jauh mencari masjid yang jumlahnya terbatas.
“Jarak antara masjid yang berada di desa Humane dan pondok pesantren
lebih kurang 10 Km. jadi sangat tidak memungkinkan untuk di gunakan untuk kegiatan beribadah sehari-hari,” ujar Ust Sriyono, Pimpinan Pesantren Hidayatullah Nias.
Kegalauan serupa dirasakan para santri. Muhammad Ali Lahagu, seorang santri di pesantren itu mengatakan, biasanya, ia shalat dan memperoleh pelajaran di mushollah Jabal Nur yang hanya berukusan 5 x 6 meter. Seiring dengan perkembangan santri, tempat ini sudah tidak layak lagi.
“Sekarang mulai ajaran baru, jumlah santri bertambah banyak dari 23 siswa. Saat ini santri sudah berjumlah 67 orang. Jadi kegiatan sholat dan pembelajaran diniyah sesudah sholat harus berdekat-dekatan dengan kelompok belajar lainya. Mudah mudahan Ramadhan ini kami bisa sholat tarawih di masjid yang sedang dibangun,” katanya penuh harap.
Karena tak adanya masjid, selama ini, masyarakat Muslim hanya memanfaatkan keberadaan mushollah Jabal Nur, yang secara fisik sudah tidak layak lagi.
“Anak saya belajar di pesantren ini dengan segala kekurangan sarana dan prasarananya,” ujar seorang orangtua murid bernama Ikran Harefa.
Karenanya, besar harapan Harefa agar ada sebagian kaum Muslim ikut mendengar keluhannya ini, semata-mata agar anak-anak Muslim di Pulau Nias ini juga bisa menikmati belajar Islam dan shalat dengan tempat yang layak.
Kirimkan Donasi Anda ke Rek Bank BNI Syariah : 70.000.333.5 an. Baitul Maal Hidayatullah
untuk konfirmasi Transfer SMS ke : 0852 6047 4611 (Masdar Ayub)
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/